WISATA RELIGI & EDUKASI MTs BUSTANUL ULUM
Pada tanggal 12-13 Desember 2018 MTs Bustanul Ulum melaksanakan tour wisata religi serta rekreasi ke Jawa Timur Park 1. Kegiatan ini diikuti oleh santri MTs Bustanul Ulum kelas 8 beserta ustad-ustadzah Pondok Pesantren Roudlotul Mutaallimin. Terdapat 11 tempat tujuan ziaroh dan study tour diantaranya:
1. Ponpes PETA Tulungagung
Ponpes PETA Tulungagung didirikan oleh KH Mustaqim bin Muhammad Husain, beliau merupakan mursyid Tarekat Syadziliyah. Tarekat yang dinisbatkan pada nama Abu Al Hasan Al Syadzili dari Tunisia, Afrika Utara. Sebagai putra Husain bin Abdul Jalil yang lahir di Desa Cangkring, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri 1901, Kiai Mustaqim merupakan keturunan ke 19 Mbah Panjalu, yakni penyebar Islam yang dimakamkan di Ciamis, Jawa Barat. Sebagai keturunan ulama besar, jejak spiritualnya terlihat sejak usia dini. Belajar membaca Alquran dan ilmu agama kepada Kiai Zarkasyi Tulungagung mulai usia 12 tahun. Mustaqim muda juga memiliki kebiasaan berdzikir yang tak putus putus.
KH. Mustaqim itu adalah Wali Quthub yang derajat kewaliannya mastur”. Padahal di daerah Tulungagung dan sekitarnya, banyak yang tidak mengetahui KH. Mustaqim. Yang mereka ketahui hanya Pak Takim tukang potong rambut. KH. Mustaqim juga membaiat Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Qadiriyah wa Al-Naqsyabandiyah. Beliau menerima baiat dari KH. Khudlari bin Hasan Malangbong, Garut, Jawa Barat. KH. Mustaqim menimba ilmu yang banyak sekali dari KH. Khudlari bin Hasan, termasuk belajar ilmu syari’at lengkap selama 6 bulan.
2. Makam KH Hasyim Asy’ari dan KH Abdurrahman Wahid
Makam KH Hasyim Asy’ari dan KH Abdurrahman Wahid ini terletak di sebelah barat Pondok Pesantren Tebuireng Jombang & berada di area pondok, sehingga terasa santai. Makam yang kini mejadi icon kabupaten Jombang ini terletak sekitar 10 km dari ibu kota kabupaten arah selatan.
KH Hasyim Asy’ari merupakan merupakan pendiri salahsatu organisasi agama Islam terbesar di tanah air (Nahdlatul Ulama). Selain itu dia juga tokoh yang mendirikan pondok pesantren Tebu Ireng yang ada di Jombang Jawa Timur. Tokoh kelahiran 10 April 1875 ini mempunyai peranan yang sangat besar terhadap perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan. Atas jasa-jasanya inilah pada tahun 1964 oleh presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno, KH. Hasyim Asy’ari diangkat menjadi pahlawan kemerdekaan nasional melalui kepres no. 29/1964.
Sedangkan KH. Abdurrahman Wahid atau yang biasa dikenal dengan Gus Dur ini merupakan cucu dari KH Hasyim Asy’ari. Beliau adalah mantan ketua PBNU serta merupakan Presiden RI ke 4.
3. Sunan Bonang
Sunan Bonang dilahirkan pada tahun 1465, dengan nama Raden Maulana Makdum Ibrahim. Beliau adalah putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila. Bonang adalah sebuah desa di kabupaten Rembang. Nama Sunan Bonang diduga adalah Bong Ang sesuai nama marga Bong seperti nama ayahnya Bong Swi Hoo alias Sunan Ampel. Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 M, dan saat ini makam aslinya berada di kota Tuban.
Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Beliaulah yang menjadi kreator gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan transedental (alam malakut). Tembang "Tombo Ati" adalah salah satu karya Sunan Bonang.
4. Syeikh Asmoro Qondi
Syekh Ibrahim Asmoroqondi atau Syekh Ibrahim as-Samarqandi yang dikenal sebagai ayahanda Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel), makamnya terletak di Desa Gesikharjo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban. Syekh Ibrahim Asmoroqondi diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh kedua abad ke-14. Babad Tanah Jawi menyebut namanya dengan sebutan Makdum Ibrahim Asmoro atau Maulana Ibrahim Asmoro. Sebutan itu mengikuti pengucapan lidah Jawa dalam melafalkan as-Samarqandi, yang kemudian berubah menjadi Asmoroqondi.
Konsep ajaran Syeh Maulana Ibrahim Asmoroqondi salah satunya dapat ditelisik di pintu gerbang masjid. Di tempat itu terpampang tulisan, sabar, nerima, ngalah, loman, akas dan temen, yang memiliki makna mendalam bagi kehidupan umat manusia di muka bumi.
5. Sunan Drajat
Sunan Drajat bernama kecil Raden Syarifuddin atau Raden Qosim putra Sunan Ampel yang terkenal cerdas. Setelah pelajaran Islam dikuasai, beliau mengambil tempat di Desa Drajat wilayah Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan sebagai pusat kegiatan dakwahnya sekitar abad XV dan XVI M. Beliau memegang kendali keprajaan di wilayah perdikan Drajat sebagai otonom kerajaan Demak selama 36 tahun. Sebagai wali penyebar Islam yang terkenal berjiwa sosial, sangat memperhatikan nasib kaum fakir miskin. Ia terlebih dahulu mengusahakan kesejahteraan sosial baru memberikan pemahaman tentang ajaran Islam. Motivasi lebih ditekankan pada etos kerja keras, kedermawanan untuk mengentas kemiskinan dan menciptakan kemakmuran.
6. Maulana Ishaq
Maulana Ishaq adalah anak dari Syekh Jumadil Qubro. Syekh Jumadil Qubro memiliki dua anak, yaitu Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) dan Maulana Ishaq, yang bersama-sama dengannya datang ke pulau Jawa. Syekh Jumadil Qubro kemudian tetap di Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, dan adiknya Maulana Ishaq mengislamkan Samudra Pasai. Syekh Jumadil Qubro bukan keturunan Jawa, melainkan berasal dari Asia Tengah. Syekh Jumadil Qubro dan kedua anaknya, yaitu Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishaq lahir di Samarkand, Uzbekistan. Mereka masih kerabat dekat Laksamana Cheng Ho. Beberapa versi babad yang meyakini bahwa Syekh Jumadil Qubro adalah keturunan ke-10 dari Husain bin Ali, yaitu cucu Nabi Muhammad SAW.
7. Sunan Ampel
Sunan Ampel ketika di waktu kecilnya diberi Sayyid Muhammad ‘Ali Rahmatullah, sesudah pindah ke Jawa Timur diberi panggilan oleh masyarakat dengan panggilan Raden Rahmat atau Sunan Ampel. lahir di tahun 1401 Masehi di “Champa” Dakwah Sunan Ampel dengan masyarakat akar rumput dilakukan dengan cara pembauran dan pendekatan, beda halnya dengan metode yang ditempuh ketika menghadapi orang-orang cerdik dan cendekia. Pendekatan intelektual dengan memberikan pemahaman logis adalah alternatif yang beliau tempuh.
8. Bangkalan
KH Kholil Bangkalan Madura lahir pada hari Selasa tanggal 11 Jumadil Akhir 1235 H atau 27 Januari 1820 M dari Abdul Lathif seorang Kyai di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, ujung Barat Pulau Madura, Jawa Timur.
Masa hidup Mbah Kholil, tidak luput dari gejolak perlawanan terhadap penjajah. Tetapi, dengan caranya sendiri Mbah Kholil melakukan perlawanan. Salah satunya dalam bidang pendidikan, beliau mempersiapkan murid-muridnya untuk menjadi pemimpin yang berilmu, berwawasan, tangguh dan mempunyai integritas, baik kepada agama maupun bangsa. Ini dibuktikan dengan banyaknya pemimpin umat dan bangsa yang lahir dari tangannya. Diantara sekian banyak murid Mbah Kholil yang cukup menonjol dalam sejarah perkembangan agama Islam dan bangsa Indonesia ialah KH. Hasyim Asy’ari (pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, dan pengasas Nahdlatul Ulama/NU), KH. Abdul Wahab Chasbullah (pendiri Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang), KH. Bisri Syansuri (pendiri Pondok Pesantren Denanyar, Jombang), KH. Ma’shum (pendiri Pondok Pesantren Lasem, Rembang, adalah ayahanda KH. Ali Ma’shum), KH. Bisri Mustofa (pendiri Pondok Pesantren Rembang), dan KH. As’ad Syamsul `Arifin (pengasuh Pondok Pesantren Asembagus, Situbondo).
9. Masjid Cheng Ho
Masjid Cheng Ho di Pandaan, Pasuruan adalah satu dari tiga masjid besar di Indonesia yang mengabadikan nama besar Laksamana Cheng Ho sebagai nama tempat ibadah. Inisiator pembangunan Masjid Cheng Ho adalah komunitas Muslim Tiongkok yang sudah lama bermukim di Indonesia yang bermaksud mengenang jasa pengembara asal Negeri Tirai Bambu ini dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia.
Cheng Ho lahir di tahun 1371 di Propinsi Yunan, Tiongkok dan ia beragama Islam karena ayahnya adalah keturunan suku Hui yang sudah pernah melaksanakan ibadah haji di Mekah. Ekspedisi Cheng Ho dimulai pada tahun 1405 sampai 1433 dan ia telah menyambangi beberapa negara di Asia seperti Vietnam, Taiwan, Malaka, Sri Lanka, India, Arab, dan pernah juga mendarat di Pulau Sumatra dan Jawa. Sejarah mencatat Cheng Ho telah tujuh kali berlabuh di pelabuhan Nusantara, di antaranya di Banda Aceh, Cirebon, Semarang dan Jawa Timur yang saat itu masih di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Saat berlabuh Cheng Ho bukan hanya memberikan berbagai hadiah kepada raja, namun juga bersosialisasi dengan penduduk setempat. Saat itulah terjadi pertukaran budaya dan komunitas Tiongkok yang sudah menetap di Nusantara pun mengenal agama Islam di bawah bimbingan Laksamana Cheng Ho.
Masjid Cheng Ho mengaplikasikan perpaduan tiga gaya arsitektur sekaligus, yaitu Jawa, Arab dan Tiongkok, dan inilah yang menjadikan Masjid Cheng Ho menarik sebagai tujuan wisata religi.
10. Jatim Park 1
Jawa Timur Park 1 adalah salah satu taman wisata rekreasi andalan kota Malang yang sukses menggaet para wisatawan kota maupun luar kota. Jatim Park ini berkonsep wahana rekreasi yang dipadukan dengan edukasi, sehingga anak anak bisa bermain dan sekaligus belajar. Terdapat sekitar 62 wahana edukasi serta permainan yang dapat dikunjungi.
11. Alon-alon Batu
Alun-alun kota Batu tidak seperti alun-alun kota lainnya yang mungkin hanya sekedar tempat berkumpul biasa saja. Alun-alun kota Batu benar-benar difungsikan sebagai bagian dari daerah wisata kota Batu yang murah meriah, seluruh kawasan ini diberdayakan oleh pemerintahnya sebagai tempat wisata. Alun-alun Kota Batu adalah satu-satunya alun-alun di Indonesia yang memiliki wahana bianglala permanen. Bianglala dengan 17 kabin ini siap digunakan untuk melihat wajah Kota Batu dari perspektif yang berbeda
Pada setiap perjalanan memberikan kesan tersendiri bagi para peserta tour, perasaan kagum dan syukur pada Sang Maha Pencipta terpancar disetiap ekspresi peserta kala melangkahkan kaki di area pusara para kekasih Alloh SWT. Tujuan utama dari tour adalah memberikan pelajaran kepada peserta untuk tetap tawakal, tawadhuk, dan terus bangga akan budaya pesantren. Karena hanya dari pesantren akan terbentuk karakter pribadi yang luhur dan memegang teguh keimanan. Pendidikan akhlak melalui tour religi ini diharapkan para peserta tidak hanya sebatas mengenal para wali namun lebih kepada menelaah dan meneladani sikap-sikap dan ketakwaan para wali, dengan cara demikian generasi yang islami dan santun akan terus lestari di tengah tantangan perkembangan zaman yang semakin mendegradasi akhlak dan moral generasi yang akan datang.
Kegiatan tour di tutup dengan menuju pusat wisata edukasi Jatim Park 1 dengan tujuan untuk mendidik peserta tidak hanya dari segi religi namun juga pendidikan intelektual. dengan penuh antusias para peserta mempelajari setiap nilai-nilai pendidikan di sana. Dan pada akhirnya hasil yang dapat diraih oleh setiap peserta tour adalah dua paket pendidikan yang istimewa yaitu pendidikan religi yang mampu membimbing peserta agar tetap santun dan tawadhuk serta pendidikan intelektual yang dapat menjadi referensi peserta didik akan kemajuan ilmu pengetahuan.
Harapan kami semoga hasil yang sangat istimewa dari tour religi dan edukasi MTs Bustanul Ulum akan menjadikan santri yang selalu sholih, cerdas dan terampil. Karena setiap kecerdasan dan keterampilan tak akan bermutu jika tanpa karakter sholih yang menyertainya.